Anak-anak beruntung jika mempunyai ayah yang baik dan hidup lurus.
Amsal 20:7 (BIS)

Parents and kids zaman now (orang tua dan anak-anak zaman sekarang) banyak yang sibuk dengan diri mereka masing-masing sehingga hubungan orang tua – anak pun terganggu. Kegiatan demi kegiatan mereka lakukan sehingga kesempatan berkumpul bersama semakin jarang. Demi alasan menyejahterakan istri dan anak maka seorang suami dan bapak menghabiskan waktunya untuk bekerja di luar rumah. Apakah ini salah? Tentu saja tidak. Namun jika seorang suami yang juga seorang bapak terlalu banyak di luar rumah maka ia akan kekurangan waktu untuk berinteraksi dengan istri dan anaknya. Bagaimana dengan kesibukan Anda masing-masing? Apakah tidak mengganggu family time Anda? Namun bapak yang hidup takut, hormat dan gentar kepada TUHAN memiliki kehidupan sehari-hariyang berbeda dengan para bapak lainnya. Bapak yang demikian akan hidup lurus dan benar (berintegritas) Ilahi akan menghasilkan keturunan yang diberkati dan berbahagia. Fokus bapak ini bukan ke luar rumah untuk mencari uang, melainkan mengumpulkan berkat. Bapak seperti ini ke luar rumah untuk menjadi berkat, bukan mencari berkat. Bapak yang seperti ini ke luar rumah bukan untuk mencari masalah namun menyelesaikan masalah. Bapak yang demikian menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dalam beraktifitas di luar rumah lalu membangun family time bersama keluarganya. Apakah Anda masih memiliki family time? Jika tiba-tiba ada rapat mendadak, sementara Anda sudah memiliki komitmen dengan keluarga Anda dalam family time, apakah yang akan Anda lakukan? Tantangan para bapak zaman now adalah bagaimana dapat membagi waktu di luar rumah dan di dalam rumah, juga dalam berinteraksi dengan orang lain dan keluarganya. Para bapak jenis ini juga tetap dapat mengembangkan potensi dan kecakapannya dalam mengembangkan karir pekerjaan dan pelayanannya, namun juga dapat memberdayakan potensi dan kecakapan serta talenta dan karunia dari istri dan anak-anaknya. Para bapak ini juga memaksimalkan kemajuan teknologi agar dapat melakukan komunikasi dengan keluarganya, bukan sebaliknya yaitu diperbudak kecanggihan teknologi. Tanggung jawab seorang bapak tidak dapat dipandang remeh. Seorang bapak yang memiliki integritas ilahi akan diberi hikmat oleh TUHAN untuk mengelola waktunya sebaik mungkin. Bapak yang demikian menjadi teladan dan contoh bagi istri dan anaknya sehingga dalam membangun keluarga tidak terjadi ketimpangan karena ketidak lmaksimalan peran seorang bapak atau seorang ibu dalam keluarga. Bagaimana dengan keluarga Anda?

Seorang Warga Kerajaan Allah adalah pribadi yang menyadari bahwa integritas ilahi harus dimulai dari diri sendiri.

Bapak yang berjalan dalam integritas ilahi akan menghasilkan keturunan yang diberkati dan berbahagia.

Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: “Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?” Yang lain berkata: “Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?
Yohanes 10: 19-21

Pernahkah Anda dianggap orang gila atau kerasukan setan? Kira-kira mengapa seseorang bisa dianggap kerasukan setan atau gila? Paling tidak seseorang bisa dianggap gila karena melakukan hal yang tidak masuk akal atau melakukan sesuatu yang tidak lazim. Bacaan di atas adalah tanggapan beberapa orang Yahudi termasuk para Imam terhadap apa yang Yesus katakan dan lakukan. Beberapa orang menganggap Ia kerasukan setan, tetapi beberapa menyangkal bahwa Ia kerasukan setan, karena orang yang kerasukan setan tak mungkin melakukan mujizat yaitu memelekkan mata orang-orang buta. Terjadi kontroversi, semua terjadi karena ketidak percayaan, apa yang dikatakan dan yang dilakukan Yesus membuat mereka bimbang, mereka berharap Yesus berkata terus terang bahwa Ia Mesias, namun Yesus tidak berterus terang, Ia lebih banyak menyatakan melalui tanda-tanda ajaib dan kata-kata yang terselebung bagi mereka, seperti Ia berkata: “sebelum Abraham dilahirkan Ia telah ada”. “Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku” (Yohanes 10: 24-25). Dapat dimengerti jika seorang manusia biasa mengaku setara dengan Allah, atau ia mengaku Mesias maka hanya ada dua pilihan bagi penilaian orang banyak, ia kerasukan setan atau ia sudah tidak waras. Hal inilah yang benar-benar Yesus alami atau satu pilihan lagi yaitu Ia memang benar-benar Illahi. Saat membaca renungan ini, Anda bisa saja skeptis (tidak percaya) seperti orang Yahudi pada saat itu, tetapi pertimbangkan satu kemungkinan yang lain, bagaimana kalau ia benar-benar Illahi? Bagaimana kalau Ia adalah sang Firman Allah yang menjadi manusia? Bagaimana kalau ia benar-benar Mesias sang penyelamat yang pada akhir jaman akan datang kembali untuk menjadi Hakim yang Agung? Bagi Anda yang sudah percaya, biarlah renungan ini lebih meyakinkan Anda bahwa Yesus adalah Sang Mesias, Sang juru selamat Anda! Anda setuju?

*Values:*
Setiap warga Kerajaan tidak akan pernah meragukan bahwa Yesus adalah Mesias, karena Sang Mesias sendiri yang telah memilihnya.

*Sebelum Abraham dilahirkan Ia telah ada, karena hakekatnya Yesus bukan manusia biasa tetapi Ia adalah Allah yang menjadi manusia.*

Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
1 Korintus 15:19

Siapakah orang yang paling malang? Berdasarkan ayat bacaan di atas, orang yang paling malang adalah orang yang berpengharapan pada Kristus hanya untuk kehidupan di dunia saja. Sebenarnya siapapun yang hanya memusatkan kehidupannya hanya untuk kehidupan di dunia yang sementara ini adalah orang yang malang. Mereka beranggapan kematian adalah akhir dari segalanya. Apalagi kalau ia orang Kristen, ayat di atas bukan hanya menjelaskan orang yang malang, tetapi orang yang paling malang, karena orang Kristen punya pandangan ada hidup kekal setelah kematian. Ada hidup di dalam kebangkitan setelah kematian. Jika ada orang yang percaya Kristus (orang Kristen), hanya supaya hidup nyaman, kaya dan sukses di dunia saja maka orang Kristen ini adalah orang yang paling malang dari antara semua manusia. Secara umum manusia yang hidup di dunia berharap mendapatkan dengan mudah semua yang diinginkan, dan terbebas dari semua penderitaan yang tidak diinginkan. Namun sebagai orang yang percaya Kristus seharusnya kita menyadari dan tahu bahwa tujuan Kristus datang ke dunia bukan supaya kita tidak punya masalah di dunia atau bukan supaya diberkati melimpah. Kalau kita simak baik-baik setiap perkataan Kristus, sebagai orang yang percaya kepada-Nya, hidup kita di dunia justru bertambah tidak nyaman. “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yohanes 15:18-19) Berdasarkan apa yang Kristus katakan, setiap kita yang percaya kepada Kristus, kita bukan lagi berasal dari “dunia” sehingga wajar jika “dunia” akan membenci atau membuat kita sengsara. Nilai dan budaya dunia akan bertentangan dengan nilai dan budaya dari kita yang “berasal dari Sorga”. Itu sebabnya pengharapan kita harusnya tidak terfokus kepada cara pandang dunia. Ketika kita terfokus kepada cara pandang kehidupan Sorga, kemungkinan besar memang hidup kita mengalami ketidaknyamanan (karena nilai dunia berbalikan dengan nilai Sorga). Namun sebenarnya kita sedang menjalani kehidupan normal sebagai orang Kristen, dan tentu saja kita bukan orang yang paling malang, tetapi orang yang paling beruntung. Sehingga kita bisa berkata “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”. Anda setuju?

Warga Kerajaan sebenarnya bukan berasal dari dunia, itu sebabnya dunia membencinya.

*Tujuan Kristus memilih kita bukan supaya mendapat berkat melimpah di dunia, tetapi supaya kita menjadi saksi-Nya.*